
Waktu itu, saya mengira hanya sedang kedinginan biasa. Tapi ternyata… saya hampir mengalami kondisi berbahaya yang disebut hipotermia. Dan percayalah, kondisi ini bukan hal yang bisa dianggap remeh.
Awalnya hanya merasa menggigil, kesulitan berbicara dengan jelas, lalu tangan dan kaki mulai sulit digerakkan. Saat itu saya sedang berada di pegunungan Jawa Barat, dan cuaca memang dingin sekali. Tapi saya benar-benar tidak menyangka dampaknya bisa sejauh itu. Saya merasa cukup kuat secara fisik, namun tubuh tetap memiliki batas.
Apa Itu Hipotermia?
Secara medis, hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun di bawah 35°C, padahal suhu normal manusia berkisar antara 36,5°C hingga 37,5°C. Ketika tubuh terlalu dingin, organ-organ vital mulai kehilangan fungsi. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat berujung pada kondisi fatal, bahkan kematian.
Saat itu, saya benar-benar merasa seperti tubuh tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya. Kepala terasa pusing, jari-jari menjadi kaku, dan saya mulai berbicara ngawur. Belakangan saya baru sadar bahwa semua itu merupakan bagian dari gejala hipotermia.
Gejala Hipotermia yang Saya Alami dan Perlu Diwaspadai
Sebelum mengalami langsung, saya pikir hipotermia hanyalah kejadian langka yang terjadi di negara bersalju. Nyatanya, saya salah besar.
Beberapa gejala yang saya alami antara lain:
-
Menggigil hebat
-
Sulit berbicara, seolah lidah terasa berat
-
Tubuh terasa kaku dan lemas
-
Kebingungan dan mulai tidak fokus
-
Kulit pucat
-
Denyut jantung melambat
Gejala-gejala ini tidak langsung muncul sekaligus, tetapi berkembang perlahan. Di awal, saya masih bisa bercanda, namun lama-lama mulai kehilangan kesadaran akan sekitar.
Jika Anda pernah merasakan hal serupa saat berada di tempat dingin—misalnya saat mendaki, berkemah, atau bahkan berkendara motor dalam hujan lebat—harap waspada. Bisa jadi itu adalah awal dari kondisi hipotermia.
Penyebab Hipotermia yang Sering Tidak Disadari
Banyak orang berpikir bahwa hipotermia hanya bisa terjadi di tempat bersalju. Padahal, kasus hipotermia juga banyak terjadi di Indonesia, terutama di daerah pegunungan, perairan, atau saat malam hujan deras.
Beberapa penyebab hipotermia yang sering tidak disadari antara lain:
-
Pakaian basah dan suhu udara dingin
Kombinasi ini sangat berbahaya. Pakaian basah menarik panas tubuh keluar lebih cepat dari yang dibayangkan. -
Angin kencang
Menurunkan suhu tubuh secara drastis, terutama bila tidak menggunakan pelindung tubuh yang sesuai. -
Kelelahan fisik
Tubuh yang kehabisan energi kesulitan menghasilkan panas dari dalam. -
Kurang asupan makanan/minuman
Nutrisi sangat penting dalam menjaga metabolisme tubuh dan produksi panas. -
Perlengkapan yang tidak memadai
Misalnya sleeping bag tipis atau jaket yang tidak tahan angin.
Dalam kasus saya, hujan turun terus menerus dari sore hingga malam. Jaket yang saya gunakan tidak tahan air, sleeping bag terlalu tipis, dan saya tidak makan cukup karena mual. Semua itu membuat kondisi tubuh menurun, hingga akhirnya mengalami hipotermia ringan.
Cara Mengatasi Hipotermia yang Benar
Saya pernah mendengar banyak mitos soal penanganannya, seperti langsung memberi kopi panas atau membungkus tubuh dengan selimut saja. Sayangnya, itu tidak cukup.
Berikut ini adalah cara mengatasi hipotermia berdasarkan pengalaman saya dan juga informasi dari tim medis:
1. Pindahkan ke tempat yang hangat
Jika masih di luar ruangan, segera cari tempat yang terlindung dari angin dan hujan. Saya langsung dipindahkan ke dalam tenda dan dibungkus dengan selimut darurat.
2. Ganti pakaian basah dengan yang kering
Langkah ini sangat krusial. Tubuh harus benar-benar dalam keadaan kering agar bisa kembali memproduksi panas.
3. Berikan minuman hangat, bukan alkohol
Air jahe atau teh manis hangat sangat membantu. Hindari alkohol karena dapat memperburuk kondisi dengan mempercepat penurunan suhu tubuh.
4. Gunakan sumber panas eksternal
Bisa menggunakan botol berisi air hangat yang ditempelkan pada ketiak atau selangkangan—tempat pembuluh darah besar berada. Tapi jangan menggunakan panas langsung seperti api atau air terlalu panas ke kulit.
5. Jangan biarkan sendiri
Orang dengan hipotermia bisa menjadi kebingungan dan tidak sadar diri. Harus selalu ada pendamping untuk memantau kondisinya.
Pelajaran Penting: Persiapan Adalah Segalanya
Setelah kejadian tersebut, saya menjadi jauh lebih berhati-hati dalam setiap perjalanan. Tidak asal membawa jaket, dan selalu menyiapkan pakaian ganti kering serta makanan yang cukup.
Beberapa tips mencegah hipotermia dari pengalaman pribadi:
-
Gunakan jaket tahan angin dan tahan air
-
Kenakan pakaian berlapis (layering) untuk memerangkap panas
-
Selalu siapkan pakaian kering di dalam dry bag
-
Perhatikan tanda-tanda tubuh yang mulai menggigil atau merasa tidak nyaman
-
Jangan malu untuk meminta bantuan saat merasa sangat kedinginan
Hal terpenting adalah: jangan anggap diri kuat hanya karena tidak terlihat menggigil. Banyak orang terlalu percaya diri dan akhirnya mengalami penurunan suhu tubuh secara tiba-tiba.
Kesimpulan: Jangan Remehkan Hipotermia
Tujuan saya menulis ini bukan untuk menakut-nakuti. Tapi kalau tulisan ini bisa membantu seseorang menyadari pentingnya persiapan dan penyelamatan diri, maka itu sudah sangat berarti.
Hipotermia adalah kondisi darurat medis. Bukan sekadar kedinginan biasa. Saya pernah mengalaminya, dan itu adalah pengalaman yang sangat mengubah cara pandang saya terhadap keselamatan di alam terbuka.
Bagi Anda yang gemar bertualang, mendaki gunung, bekerja di luar ruangan, atau bahkan hanya sering berkendara saat malam hujan, tolong, siapkan diri sebaik mungkin. Sering kali yang menyelamatkan nyawa bukan hanya tenaga medis, tapi persiapan kecil yang dilakukan sebelumnya.
Jika Anda memiliki pengalaman serupa atau ingin bertanya lebih lanjut tentang hipotermia, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar. Mari saling berbagi ilmu dan menjaga satu sama lain.
Tetap hangat dan tetap waspada!
➤ Sumber otoritatif untuk penjelasan gejala, penyebab, dan penanganan hipotermia.